Tikus gemuk tidak puas makan padi yang jatuh sisa panen petani. Tikus gemuk hendak pergi ke lumbung padi milik petani. Tikus lain sudah mengingatkan supaya tidak mendekati lumbung padi itu. Petani sudah menyembunyikan perangkap di antara tumpukan jerami. Akhirnya si tikus gemuk terperangkap jebakan yang dipasang petani.
Kisah di atas adalah cerita yang didongengkan oleh nenek dalam CERITA DIDO 1 DONGENG NENEK. Rakus dan tidak pernah puas merupakan sifat manusia yang sering berakhir petaka. Kerakusan tikus gemuk menyebabkan terperangkap dalam jebakan petani. Rakus dan tidak mudah puas adalah sifat manusia yang dekat dengan korupsi. Anak-anak dengan mudah bisa memahami arti rakus ketimbang “makan uang negara”. Oleh karena itu, dongeng menjadi pendekatan yang baik untuk menanamkan pendidikan antikorupsi sejak usia dini. Melalui dongeng, anak dengan mudah memahami nilai-nilai antikorupsi. Namun, tidak semua anak tidak bisa menemukan sendiri makna atau pesan moral yang terkandung dalam sebuah buku. Perlu adanya orangtua atau pembimbing yang mendampingi anak ketika membaca buku.
Dua ekor kelinci, Kinci dan Kinca merupakan tokoh dongeng dalam buku CERITA DIDO 2 SAHABAT KEJUJURAN. Kinci mendapat sekantung wortel dari Pak Beru si beruang. Pak Beru berpesan supaya Kinci membaginya dengan Kinca. Tetapi karena pengaruh dari si ular, Kinci menghabiskan semua wortel pemberian Pak Beru. Yang terjadi kemudian, Kinci sakit perut karena kebanyakan makan wortel. Andai Kinci tak memakan semua wortel itu, pasti tidak akan sakit perut dan terbaring lemah di tempat tidur.
Cerita Kinci dan Kinca juga menjelaskan tentang sifat rakus yang berujung malapetaka. Sifat rakus ini sama seperti sikap para koruktor, yang rakus makan uang negara, yang kemudian berujung di jeruji besi. Lagi-lagi, pendampingan orangtua diperlukan supaya pesan yang disampaikan oleh buku ini diterima secara benar. Dan, bisa diteladani untuk kehidupan sehari-hari anak. BERANI JUJUR HEBAT!!