Selamat Hari Guru Nasional 25 November

Selamat Hari Guru Nasional 25 November

Tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Para guru tentu akan berbahagia pada tanggal 25 November ini, karena akan ada banyak cinta dan penghormatan baginya.

Para guru akan mendapat banyak bingkisan cokelat dan bunga, serta ungkapan cinta dan terima kasih dalam bentuk puisi dari siswa-siswi di sekolah hingga yang sudah lulus. Di bawah ini salah satu contoh puisi untuk guru.

Guruku, Orangtuaku

Guruku
Engkau adalah orangtua keduaku
Engkau mengajari ilmu yang engkau punya

Guruku
Engkau mengajari yang tadinya tidak bisa
Sekarang aku tlah mengerti semua pelajaran
Yang engkau ajarkan padaku

Guruku
Engkau mendapat gelar pahlawan tanpa tanda jasa
Karena engkau telah mengajari aku
Senang mengapatkan guru seperti engkau

Puisi di atas karya Yuniar Firdausiana, dimuat di Kompas Minggu, edisi 23 November 2014

Puisi untuk guru mudah sekali ditulis oleh siswa-siswi di sekolah. Tapi, kalau ingin mendapatkan referensi tentang puisi untuk guru atau puisi bertema guru, dapat membacanya dengan mudah secara digital melalui ebook di bawah ini.

Puisi Bertema Guru (Puisi untuk Pelajar)

Panduan Menulis Puisi untuk Anak SD – Menulis Puisi untuk Ibu, Teman, dan Guru

Panduan Menulis Puisi untuk Anak SD – Menemukan Ide Puisi

Pintar Menulis Puisi – Panduan Menulis untuk Anak

Pintar Menulis Puisi – Panduan Menulis untuk Anak – BAB GRATIS

Puisi dan Pantun tentang Indonesia

Lirik Lagu: Kartun Sunny Girl No. 23

Bulan September 2024, Mentari TV menayangkan sebuah kartun baru dengan judul “Sunny Girl No. 23”. Kartun ini mempunyai tokoh utama bernama Nui Naitang. Nui Naitang adalah anak perempuan yang duduk di kelas 3 SD. Karakter Nui Naitang tergambar jelas pada lirik lagu pembuka kartun “Sunny Girl No. 23” ini.

Berikut ini lirik lagu kartun “Sunny Girl No. 23”.

Nui Naitang, Nui Nui Naitang
Moo, moo, moo, moo

Nui Naitang, Nui Nui Naitang
Dor, dor, dor, dor

Nui Naitang, Nui Nui Naitang
Putar, putar, putar, putar

Sungguh bahagia

Nilai sempurna
Tak terjangkau olehku
Nomor dua puluh tiga saja
Aku gadis pelupa
Dan sering tertidur
Kecerobohan bagian hidupku
Aku banyak makan
Camilan dan gorengan
Banyak kesulitan
Tapi punya teman
PR selalu sulit dan juga ujian
Aku tak menyerah

Nui Naitang, Nui Nui Naitang
Moo, moo, moo, moo

Nui Naitang, Nui Nui Naitang
Dor, dor, dor, dor

Nui Naitang, Nui Nui Naitang
Putar, putar, putar, putar

Sungguh bahagia
Sungguh bahagia

 

Puisi: Bebaskan Hati, Segarkan Jiwa

Bebaskan Hati, Segarkan Jiwa

Rasanya lega
Rasanya ahhh menyenangkan
Itulah rasanya
Bisa menyegarkan jiwa
Bisa menenangkan hati
Bisa bernapas sungguh bernapas

Biarlah dinding berbicara
Biarlah pohon bergunjing
Biarlah air berisik
Segalanya hanya sebatas tahu
Semuanya hanya sebatas kepo

Rasanya menyenangkan
Rasanya melegakan
Mungkin ini cara Tuhan
Supaya tetap hidup
Supaya terap berdiri
Tidak membiarkan terhenti

Hidup akan selalu berjuang
Tanpa perjuangan berarti berakhir
Tanpa terlihat tanpa diketahui
DIA menopang
DIA membantu

Nikmati hidup
Nikmati kesempatan
Nikmati yang ada
Selagi masih ada

 

Paskalina Askalin

Depok, 3 September 2024, 11.22 am

 

Saat menulis puisi ini, di waktu yang sama Bapa Paus tiba di Indonesia dalam perjalanan Apostoliknya.

Selamat datang Bapa Paus, semoga kedatanganmu membawa berkat melimpah untuk umat Katolik di Indonesia, terkhusus untuk keluargaku, semoga segala yang jahat menjauhi keluargaku. Amin

 

Masih Adakah Kepedulian di Antara Kita?

Masih Adakah Kepedulian di Antara Kita?

Masih ingat dengan kabar viral, ditemukan sepasang lansia dalam kondisi meninggal dunia di rumahnya. Menurut kabar, lansia ini lama tidak dijenguk oleh anak-anaknya.

Belum lama, saya juga melihat sebuah berita tentang seorang wanita dievakuasi dari rumah kos sempit dalam kondisi meninggal oleh Tim Damkar. Diduga wanita ini hamil dan meninggal tiga hari lalu.

Masih banyak lagi, baik kabar viral maupun tidak viral, kabar berita sejenis tentang penemuan orang ditemukan meninggal di rumahnya setelah beberapa hari, bukan karena kejahatan. Sungguh memilukan.

Melihat begitu banyaknya berita tentang penemuan orang setelah beberapa hari, saya jadi berpikir, apa yang terjadi dengan KEPEDULIAN kita, KEPEKAAN kita? Rumah-rumah saling menempel tembok, tidak berjauhan. Ada tetangga di kanan kiri depan belakang rumah. Kenapa tidak ada tetangga yang peduli?

Kenapa setelah bau busuk menusuk hidung kepedulian itu baru menyeruak? Bahkan bukan kepedulian juga sebenarnya, bukan untuk memberi pertolongan, karena hanya ponsel yang akhirnya sibuk merekam peristiwa dan ingin cepat-cepat mengunggahnya ke media sosial lalu bangga karena postingannya menjadi viral.

Setiap waktu kita terpukau oleh tontonan video berisi kepedulian konten kreator terhadap orang-orang yang “kesusahan”, yang entah nyata atau hanya sebuah konten. Dengan cepat jempol kita menekan ♥️ dan membagikan video “kepedulian” itu. Dengan begitu, seakan kita sudah turut peduli.

Kita semua sibuk peduli di dunia media sosial sehingga kita lupa untuk peduli pada orang-orang di sekitar kita. Bahkan, saat melihat seseorang terkena musibah, bukannya cepat menolong, malah sibuk merekam atau melakukan live streaming.

Merekam peristiwa yang terjadi bukan kesalahan, tetapi menolong dan menyelamatkan terlebih dahulu itu lebih baik.

Ayo, Peduli Orang-orang di Sekitar Kita!

Ayo, peduli orang-orang kita mulai peduli dengan orang-orang di sekitar kita. Untuk menjadi peduli, tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri. Orang-orang di sekitar kita, di dekat kita, juga ada yang perlu kepedulian kita.

♥️ Peduli Tetangga

Tetangga adalah orang terdekat kita. Bahkan tetangga bisa menjadi lebih dari keluarga. Sebagai tetangga sudah seharusnya saling peduli, saling care, bukannya saling membalikkan badan saat ketemu.

Secara teori, tetangga seharusnya begitu, namun pada faktanya tidak semua tetangga itu bisa menerima kita dengan baik. Sebagai tetangga saya berusaha memahami keunikan-keunikan tetangga saya. Ada tetangga yang baik sekali, ada tetangga yang “tidak kenal sama tetangga”.

Mungkin kita dianggap sok tahu, ketika berniat menolong atau membantu tetangga yang sedang kesulitan. Ketika mendengar sesuatu yang janggal terjadi pada tetangga, secara spontan kita berinisiatif untuk mencari tahu apa yang terjadi.

Seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu. Saya mendengar ketidakberesan pada tetangga depan rumah saya. Ketidakberesan itu saya kisahkan dalam tulisan Kisah Menjelang Malam Anak Terkunci di Dalam Mobil.

♥️ Peduli untuk Menolong

Beda dulu, beda sekarang. Dulu, ketika terjadi suatu peristiwa, kita cepat-cepat menolong. Sekarang, ketika terjadi suatu peristiwa yang membutuhkan pertolongan, kita cepat-cepat untuk merekamnya dan jadi lupa untuk menolong. Ayo, peduli untuk menolong terlebih dahulu, bukannya berlomba untuk menampilkan rekaman paling viral.

Ayo, kita kembali menjadi manusia sebagai makhluk sosial, bukannya makhluk “media sosial”. Kita masih makhluk sosial. Kita makhluk saling membutuhkan.

Saat mengalami kecelakaan atau musibah, yang kita butuhkan ditolong, bukan “diberitakan” (direkam). Karakter kepedulian kita sebagai manusia, sungguh diuji.

Tanpa sadar kita telah menjadi “makhluk media sosial”. Kita begitu rajin bertegur dalam komentar di media sosial, hingga lupa bertegur sapa dengan suami/istri, anak, keluarga kita.

Kepedulian atau kepekaan kita pada apa yang terjadi di sekitar pun, semoga tidak berakhir pada sebuah konten. Sudah banyak konten-konten kepedulian, yang entah nyata atau hanya sekadar drama.

Ayo, teman, sahabat, kawan semuanya, kembalilah untuk peduli, sungguh-sungguh peduli.

Merekam peristiwa yang terjadi bukan kesalahan, tetapi menolong dan menyelamatkan terlebih dahulu itu lebih baik.

 

Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI

 

Masih Adakah Kepedulian di Antara Kita?

Masih Adakah Kepedulian di Antara Kita?

Masih ingat dengan kabar viral, ditemukan sepasang lansia dalam kondisi meninggal dunia di rumahnya? Menurut kabar, lansia ini lama tidak dijenguk oleh anak-anaknya.

Belum lama, saya juga melihat sebuah berita tentang seorang wanita dievakuasi dari rumah kos sempit dalam kondisi meninggal oleh Tim Damkar. Diduga wanita ini hamil dan meninggal tiga hari lalu.

Masih banyak lagi,  baik kabar viral maupun tidak viral, kabar berita sejenis tentang penemuan orang ditemukan meninggal di rumahnya setelah beberapa hari, bukan karena kejahatan. Sungguh memilukan.

Melihat begitu banyaknya berita tentang penemuan orang setelah beberapa hari, saya jadi berpikir, apa yang terjadi dengan KEPEDULIAN kita, KEPEKAAN kita? Rumah-rumah saling menempel tembok, tidak berjauhan. Ada tetangga di kanan kiri depan belakang rumah. Kenapa tidak ada tetangga yang peduli?

Kenapa setelah bau busuk menusuk hidung kepedulian itu baru menyeruak? Bahkan bukan kepedulian juga sebenarnya, bukan untuk memberi pertolongan, karena hanya ponsel yang akhirnya sibuk merekam peristiwa dan ingin cepat-cepat mengunggahnya ke media sosial lalu bangga karena postingannya menjadi viral.

Setiap waktu kita terpukau oleh tontonan video berisi kepedulian konten kreator terhadap orang-orang yang “kesusahan”, yang entah nyata atau hanya sebuah konten. Dengan cepat jempol kita menekan ♥️ dan membagikan video “kepedulian” itu. Dengan begitu, seakan kita sudah turut peduli.

Kita semua sibuk peduli di dunia media sosial sehingga kita lupa untuk peduli pada orang-orang di sekitar kita. Bahkan, saat melihat seseorang terkena musibah, bukannya cepat menolong, malah sibuk merekam atau melakukan live streaming.

Merekam peristiwa yang terjadi bukan kesalahan, tetapi menolong dan menyelamatkan terlebih dahulu itu lebih baik.

Ayo, Peduli Orang-orang di Sekitar Kita!

Ayo, peduli orang-orang kita mulai peduli dengan orang-orang di sekitar kita. Untuk menjadi peduli, tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri. Orang-orang di sekitar kita, di dekat kita, juga ada yang perlu kepedulian kita.

♥️ Peduli Tetangga

Tetangga adalah orang terdekat kita. Bahkan tetangga bisa menjadi lebih dari keluarga. Sebagai tetangga sudah seharusnya saling peduli, saling care, bukannya saling membalikkan badan saat ketemu.

Secara teori, tetangga seharusnya begitu, namun pada faktanya tidak semua tetangga  itu bisa menerima kita dengan baik. Sebagai tetangga saya berusaha memahami keunikan-keunikan tetangga saya. Ada tetangga yang baik sekali, ada tetangga yang “tidak kenal sama tetangga”.
Mungkin kita dianggap sok tahu, ketika berniat menolong atau membantu tetangga yang sedang kesulitan. Ketika mendengar sesuatu yang janggal terjadi pada tetangga, secara spontan kita berinisiatif untuk mencari tahu apa yang terjadi.

Seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu. Saya mendengar ketidakberesan pada tetangga depan rumah saya. Ketidakberesan itu saya kisahkan dalam tulisan Kisah Menjelang Malam Anak Terkunci di Dalam Mobil.


♥️ Peduli untuk Menolong

Beda dulu, beda sekarang. Dulu, ketika terjadi suatu peristiwa, kita cepat-cepat menolong. Sekarang, ketika terjadi suatu peristiwa yang membutuhkan pertolongan, kita cepat-cepat untuk merekamnya dan jadi lupa untuk menolong. Ayo, peduli untuk menolong terlebih dahulu, bukannya berlomba untuk menampilkan rekaman paling viral.
Ayo, kita kembali menjadi manusia sebagai makhluk sosial, bukannya makhluk “media sosial”. Kita masih makhluk sosial. Kita makhluk saling membutuhkan.

Saat mengalami kecelakaan atau musibah, yang kita butuhkan ditolong, bukan “diberitakan” (direkam). Karakter kepedulian kita sebagai manusia, sungguh diuji.
Tanpa sadar kita telah menjadi “makhluk media sosial”. Kita begitu rajin bertegur dalam komentar di media sosial, hingga lupa bertegur sapa dengan suami/istri, anak, keluarga kita.

Kepedulian atau kepekaan kita pada apa yang terjadi di sekitar pun, semoga tidak berakhir pada sebuah konten. Sudah banyak konten-konten kepedulian, yang entah nyata atau hanya sekadar drama.
Ayo, teman, sahabat, kawan semuanya, kembalilah untuk peduli, sungguh-sungguh peduli.

Merekam peristiwa yang terjadi bukan kesalahan, tetapi menolong dan menyelamatkan terlebih dahulu itu lebih baik.

Paskalina Askalin


Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI.