Aku takut membaca novel karena aku takut tidak bisa berhenti untuk membacanya hingga tamat. – Paskalina Askalin
Dan, itupun benar terjadi. Hari ini tepatnya dini hari tadi, aku membaca sebuah novel yang kutemukan di salah satu aplikasi digital perpustakaan. Aku tak bisa berhenti, dan aku kubaca hingga tamat novel itu. Novel itu memang menarik untuk dibaca. Bahasanya membuat pembaca tidak bisa berhenti, sehingga ingin terus membaca hingga selesai.
Beruntunglah aku membaca di saat semua orang di rumahku tertidur. Tidak ada yang kutinggalkan dan kuabaikan. Aku membaca novel hingga tamat dalam waktu 2 jam.
Banyak artikel yang menyebutkan bahwa salah satu manfaat membaca buku untuk orang dewasa adalah cara yang efektif untuk relaksasi dan mengurangi tingkat stres. Aku merasakan relaksasi itu. Saat aku membaca novel, semua masalah seakan hilang. Walau hanya dalam waktu yang singkat, cukup untuk mengembalikan “kewarasan” pikiran. Jadi, baik jika orang dewasa mencari waktu yang tepat untuk membaca sebuah novel, paling tidak 1 novel 1 minggu. Aku pun akan membaca novel lagi dalam beberapa hari ke depan.
Komen di kolom komentar jika kamu ingin baca gratis novel yang kubaca. Akan aku kirimkan linknya 😀
Novel yang kubaca berjudul MORNINGBREEZE karya Viera Fitani.
Judul: Morning Breeze Penulis: Viera Fitani No. ISBN: 9786020259833 Penerbit: Elex Media Komputindo Tanggal terbit: Maret – 2015 Jumlah Halaman: 265
Sinopsis Novel
Fabian Aganta, dokter tampan yang kelebihan hormon ramah dan baik hati sukses membuat suster Dinasty yang baru saja menjadi asistennya sebal setengah mati. Tapi sungguh tak disangka, di balik kelakuannya yang menyebalkan, dokter ganteng itu ternyata menyukai Dinasty yang selalu cemberut dan mengeluhkan setiap pekerjaan yang disuruhnya. Dirga, seseorang dari masa lalu Dinasty datang tepat ketika Fabian menyatakan perasaannya pada wanita itu. Seseorang yang sangat Dinasty cintai dan dinanti-nantikan karena kepergiannya yang tiba-tiba. Mungkinkah Dinasty akan menyukai Fabian dan meninggalkan orang dari masa lalunya? Atau Fabian-lah yang dipilih Dinasty untuk menemaninya seumur hidup? ***
Mungkin Dirga itu keren. Tapi, Fabian adalah tipe idaman wanita. Semua pasti setuju. – Catz Link Tristan, Emak rusuh yang menulis novel Labirin dan GerimisBumi.
Dikisahkan dengan sangat manis hingga saya tak ingin berhenti membaca. Buku ini membuat saya jatuh cinta pada tokoh-tokohnya yang begitu hidup dan memesona. Good Job! –Nima Mumtaz, Penulis Cinta Masa Lalu dan AkulahArjuna.
Jangan pernah berpikir bahwa novel ini hanya menyajikan manisnya kisah cinta. Karena pada nyatanya, segala macam rasa ada di dalam novel ini. Morning Breeze benar-benar bisa membuat aku tersenyum, cemberut, bahkan hampir menangis karena turut merasakan kesedihan dan kebahagiaan tokoh-tokohnya. – Jenny Thalia Faurine, Penulis PlayboysTale dan UnplannedLove.
Kemalangan berubah jadi kebahagiaan. Kebahagiaan berubah jadi kemalangan. Zenitendo memilih pembeli. Jika pembeli menjadi bahagia, Zenitendo-lah yang menang. Jika pembeli mengalami nasib malang, Zenitendo-lah yang kalah.
Minggu lalu, minggu pertama di bulan April saya melihat sekilas kover buku Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 1. Entah mengapa saya langsung ingin membeli buku ini dan ingin membacanya. Mungkin, Nyonya Beniko, pemilik toko Zenitendo itu memiliki aura mistis yang mampu membuat siapa saja menatapnya langsung mampir ke tokonya atau beli bukunya. Ih kok jadi serem…
Aura Nyonya Beniko pada kover itu pun mengenai saya hingga membuat saya langsung membeli buku ini, mungkin hehehe.
Kemarin saya menyelesaikan membaca buku Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 1. Jadi ingin membaca buku Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 2, semoga terbeli bulan depan. Semoga.
Buku Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 1 adalah adalah buku pertama di tahun 2024 yang saya baca hingga selesai. Saya memang mentarget bawa buku ini harus selesai saya baca secepatnya kenapa karena saya ingin anak saya ikut membaca buku ini usia anak saya masih 9 tahun tapi menurut saya ketika sudah selesai membaca buku ini anak usia SD bisa membaca buku ini semua isinya aman untuk dibaca oleh anak usia SD.
Awalnya saya mengira buku Toko Jajanan Ajaib Zenitendo adalah sebuah novel. Saya keliru. Ternyata buku ini berisi beberapa cerita. Buku Toko Jajanan Ajaib Zenitendo adalah kumpulan cerita.
Dalam buku ini ada 6 cerita yang masing-masing memiliki keunikan, makna, dan akhir cerita yang berbeda-beda. Keenam cerita itu meliputi Permen Jeli Putri Duyung, Biskuit Binatang Buas, Es Berhantu, Pancing Kue Ikan, Cokelat Karisma, dan Pohon Pemasak.
Nyonya Beniko, pemilik toko jajanan ajaib Zenitendo, secara ajaib menuntun seseorang yang sedang “galau”, bermasalah, sedih, dan frustasi untuk datang berkunjung ke tokonya. Kemudian memberikan jajanan ajaib dengan harga yang sesuai.
Cerita Permen Jeli Putri Duyung mengisahkan tentang anak perempuan 11 tahun bernama Mayumi. Mayumi sedang murung karena besok adalah pelajaran olahraga renang di sekolahnya. Mayumi tidak bisa berenang. Mayumi ingin besok tidak masuk sekolah saja. Dia berangan-angan bisa renang atau setidaknya tidak takut air.
Dengan berbagai pikiran itu Mayumi melangkah gontai dalam perjalanan pulang sekolah. Tiba-tiba, ia merasa dipanggil oleh seseorang. Mayumi pun mengangkat wajahnya.
Mayumi berada di sebuah jalan pertokoan antara sekolah dan rumahnya. Selain karena itu jalan pintas ia juga suka suasana riang di sana. Karena itu, ia selalu melewati jalan tersebut. Ia sudah kenal setiap toko yang berderet di sepanjang jalan. Atau begitulah seharusnya.
Akan tetapi Mayumi menemukan sebuah toko yang belum pernah dilihatnya. Di ujung gang yang agak sempit di antara toko kroket dan toko makanan kering tampak sebuah toko jajanan. (hlm. 4)
Sampailah Mayumi di toko jajanan ajaib Zenitendo. Mayumi tertarik untuk memasuki toko itu. Jajanan-jajanan di toko itu seakan memancarkan aura “lain”, seolah menyembunyikan kekuatan istimewa baginya.
Setelah diamati baik-baik, nama-nama makanan yang dijual di situ bahkan juga agak aneh. Permen Mata Kucing, Cintailah Sampai Tulang: Permen Soda Kalsium Bentuk Tulang Permen Karamel Bekal Serdadu, Jus Koktail Kegelapan, Permen Karet Siluman, Cokelat Koin Perak, Kue Mochi Maneki-Neko, Gulali Warna Pelangi, Agar-agar Hantu Gemetar, Stik Tak Boleh, Permen Cangkang Kura-kura, Kaleng Tamasya, Bakpao Telur Walet, Keripik Kelelawar, dan masih ada lagi. (hlm. 6)
Bagi anak perempuan berusia 11 tahun di manapun, di seluruh ujung dunia manapun, masa usia yang penuh rasa ingin tahu, membaca nama-nama jajanan seperti di atas pastilah akan tertarik untuk melihat dan membelinya. Begitu juga dengan Mayumi, dia semakin terdorong masuk ke toko jajanan ajaib Zenitendo.
Kegalauan Mayumi tentang pelajaran renang seakan “pecah”. Apalagi disambut oleh Nyonya Beniko, pemilik toko jajanan ajaib Zenitendo.
“Selamat datang di Zenitendo, toko yang hanya dapat ditemukan oleh orang beruntung yang sedang mencari keberuntungan. Permintaan pengunjung yang beruntung pasti akan Beniko ini kabulkan.”
Mendapat sambutan seperti itu membuat Mayumi heran sekaligus senang. Karena saat itu dia juga sedang mempunyai keinginan yang tidak mungkin dapat diwujudkan dengan cepat. Ketika ditanya tentang keinginannya Mayumi langsung menjawab dengan mantap, “Aku ingin bisa berenang.”
Mendengar jawaban Mayumi, Beniko mengambil kotak seukuran kotak pensil dari rak jajanan. Pada kotak itu tertera tulisan Permen Jeli Putri Duyung. Energi ajaib pada jajanan itu seakan sudah menghipnotis Mayumi. Dia sangat menginginkan kotak itu, apapun caranya.
Mayumi mendapatkan kotak Permen Jeli Putri Duyung dengan harga 10 yen. Mayumi mendekap dan membawanya pulang dengan bahagia.
Apakah Mayumi mendapatkan keinginannya? Apakah Mayumi akhirnya bisa berenang? Keajaiban apa saja yang ditemukan Mayumi pada kotak Permen Jeli Putri Duyung? Mayumi mungkin bisa wujudkan keinginannya jika membaca baik-baik kertas petunjuk pada kotak.
Untuk bisa mengetahui akhir dari kisah Mayumi ini, Sahabat Pembaca harus baca buku ini. Akhir cerita Permen Jeli Putri Duyung ini dipenuhi ketegangan yang berakhir menarik. Sahabat pembaca, harus baca! 🤗
***
Buku Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 1 ini bukan sekadar cerita fantasi atau misteri. Menurut saya cerita dalam buku ini memiliki banyak pesan bermakna bagi pembacanya. Jadi buku ini saya rekomendasikan untuk dibaca oleh pembaca semua usia, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa.
Beberapa pesan bermakna itu, misalnya sebelum memakan atau menggunakan jajanan ajaib baca petunjuknya dengan saksama supaya apa yang diharapkan dapat tercapai. Saya rasa hal ini sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita sering tergesa-gesa mengonsumsi atau menggunakan suatu barang tanpa membaca petunjuknya terlebih dahulu. Ketika terjadi kesalahan barulah kita sadar kesalahan kita dan menyesal. Mengapa kita tidak membaca petunjuknya terlebih dahulu?
Toko jajanan ajaib hanya bisa dikunjungi satu kali oleh setiap orang sesuai keinginan Nyonya Beniko. Tidak bisa membeli jajanan ajaib untuk kedua kalinya. Keberhasilan dan kelanggengan hasilnya tergantung pada si pembeli jajanan ajaib.
Jajanan ajaib mampu mewujudkan keinginan seseorang. Tetapi ketika keinginan itu telah terwujud, tetaplah “membumi” artinya tetap rendah hati dan tidak sombong. Jika terjadi sebaliknya, harus siap kembali seperti semula, seperti saat sebelum mendapatkan jajanan ajaib dari toko jajanan ajaib Zenitendo.
Apakah dalam cerita buku Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 1 ada cerita hantu? Ada. Saya tergesa membacanya, takut😆.
Cerita ketiga berjudul Es Berhantu. Pasti ada hantu-hantunya, saya agak seram mengisahkannya. Yuk langsung baca buku ini, Sahabat Pembaca! Meski ada hantu, tetap masih aman dibaca oleh usia anak.
Review Buku: Yang Unik dan Menarik dari Buku Terima Kasih, Otta!
Buku Terima Kasih, Otta! berisi 10 dongeng anak tentang kebaikan. Nilai kebaikan selalu menarik untuk diangkat menjadi tema sebuah cerita. Kebaikan itu sifatnya universal, siapa pun, apa pun, bisa memberikan kebaikan untuk lingkungan sekitarnya.
Dongeng pertama berjudul “Sayur! Sayur! Siapa Beli?” mengisahkan tentang Bengi dan Danil yang membantu Kakek Beki menjual sayuran. Bengi dan Danil tergerak hati membantu karena melihat tidak ada satupun yang membeli sayuran Kakek Beki. Akhirnya dengan bantuan Bengi dan Danil sayuran yang Kakek Beki habis terjual.
Ada keunikan dari dongeng “Sayur! Sayur! Siapa Beli?” yaitu mengangkat kearifan lokal pasar terapung. Mungkin akan lebih baik jika diberi penjelasan tentang pasar terapung sehingga ketika orang tua membacakan dongeng dapat sekaligus memberikan pengetahuan pada anak.
Dalam salah satu dongeng ada yang memasukkan unsur permainan tradisional atau mainan tradisional. Dongeng ini menjadi menarik selain memberikan pesan kebaikan juga memberikan pengetahuan atau mengenalkan pada anak tentang permainan atau mainan tradisional.
Dongengnya berjudul “Mainan Rusak Ombi”. Dongeng ini mengisahkan tentang mainan milik Ombi yang terbuat dari kulit semangka rusak. Hal itu membuat Ombi sangat sedih. Kemudian Ruru dan Zea, teman Ombi, mengajak Ombi membuat mainan dari pelepah daun pisang. Mereka membuat mainan kuda-kudaan dari pelepah daun pisang.
Jika memiliki pohon pisang di sekitar rumah, usai membacakan buku ini orang tua dapat mengajak anaknya membuat kuda-kudaan seperti dalam dongeng. Hal ini dapat menambah ketertarikan anak pada buku dan bonding orang tua-anak.
Satu lagi yang menarik dari buku dongeng Terima Kasih, Otta!. Setiap dongeng diakhiri dengan dua pertanyaan yang bisa digunakan oleh orang tua untuk berdiskusi dengan anak. Bagian diskusi atau tanya jawab tentang dongeng ini sebenarnya yang paling penting dalam proses membacakan buku untuk anak. Melalui tanya jawab ini dapat menciptakan bonding antara orang tua dan anak. Selain itu juga dapat menanamkan nilai-nilai karakter.
Buku Terima Kasih, Otta! saya rekomendasikan untuk orang tua yang mempunyai sedikit waktu untuk membacakan buku untuk anak-anak. Orang tua yang terlalu lelah dengan rutinitas aktivitas keseharian, juga saya rekomendasikan membacakan buku Terima Kasih, Otta!. Kenapa? Saya rekomendasikan buku Terima Kasih, Otta! karena 10 dongeng dalam buku Terima Kasih, Otta! ceritanya singkat dan padat. Setiap dongeng terdiri atas 5 halaman, sehingga tidak butuh waktu untuk membacakan setiap dongengnya. Orang tua dapat lebih banyak melakukan tanya jawab setelah membacakan dongeng menggunakan pertanyaan yang ada atau pertanyaan yang menyesuaikan kondisi atau pengalaman yang dialami anak.
Membacakan buku bermanfaat buat anak. Membacakan buku bisa cukup melelahkan bagi orang tua. Tapi rasa lelah itu akan terbayar dengan keajaiban yang terjadi kemudian. – Paskalina Askalin –
Membacakan buku bermanfaat buat anak. Membacakan buku bisa cukup melelahkan bagi orang tua. Tapi rasa lelah itu akan terbayar dengan keajaiban yang terjadi kemudian.
Paskalina Askalin
Data Buku Judul: Terima Kasih, Otta! Penulis: Wylvera W., dkk Ilustrator: Rifqah Mufidah Penerbit: PT Bentang Pustaka Cetakan Pertama, Februari 2024 Harga: Rp 54.000 Beli Buku Terima Kasih, Otta!
Matinya persis seperti Yudas Iskariot. Lehernya terbebat kain sarung yang diikatkan di celah-celah kusen di atas pintu dapur. Kesamaan dengan Yudas tentu saja hanya matinya, yang bunuh diri. Apa bedanya dengan Sarkowi? Yudas mati karena penyesalan, tapi kakakku jelas tidak jelas. Pasalnya, ia mati tanpa sebab yang diketahui. Ia mati dengan meninggalkan seribu kebaikan yang ia tebarkan di sepanjang hidupnya sekaligus tanda tanya besar di antara orang-orang terdekatnya, termasuk aku, adiknya. Kenapa ia harus memlilih mati dengan membunuh diri?
Tubuhnya masih hangat saat nenek menemukannya tergantung kaku di papan atas pintu. Nenekku langsung parau, dengan suara tersendat memanggil anak-anaknya, juga cucu-cucu yang lain sambil terus meratapi Sarkowi. Berhamburanlah seluruh penghuni rumah, termasuk aku. Seakan tertusuk sembilu, sakit di dadaku melihat kakak kandungku tergantung tak bernyawa lagi. Ibuku meraung-raung seperti singa yang terluka. Tangannya menggapai tubuh Sarkowi yang masih hangat. Ibu meratap perih, “Kenapa anakku mati… kenapa harus mati dengan cara seperti ini?”(Hlm. 42-43)
Kutipan di atas diambil dari cerita pendek “Sarkowi” karya Yohanes Budi. Yuk baca lengkapnya cerita pendek “Sarkowi” dalam ebook kumpulan cerpen Menua Bersama Senja.
Dalam kumpulan cerpen Menua Bersama Senjaada 17 cerita pendek karya Yohanes Budi. Menurut Yohanes Budi, kumpulan cerpen ini ditulis dalam perjalanan panjang, dengan beberapa stasi sebagai perhentian. Kisah-kisah dalam kumpulan cerpen ini bertumbuh seiring dengan berjalannya waktu yang terus bergerak.
Wawan Abk, Editor Desk Humaniora Kompas, salah satu sahabat Yohanes Budi memberikan testimoninya untuk kumpulan cerpen Menua Bersama Senja.
Pemilihan judul “Menua Bersama Senja” merangkai dengan manis cerpen-cerpen ini. Alexander J Smalley dari University of Exeter Medical School, Inggris dan Mathew P White dari University of Vienna, Austria dalam penelitian berjudul “Beyond Blue-sky Thinking: Diurnal Patterns and Ephemeral Meteorological Phenomena Impact Appraisals of Beauty, Awe, and Value in Urban and Natural Landscapes” menyebut peristiwa matahari terbenam atau senja sebagai peristiwa efemeral (sementara) yang bermanfaat (Kompas.id, 31 Januari 2024). Demikian pula, George William Burns, psikolog klinis sekaligus Direktur Milton H Erickson Institute of Western Australia, mengatakan bahwa momentum matahari terbenam sebagai salah satu fenomena efemeral yang bisa digunakan untuk terapi psikologis.
Dalam kumpulan cerpen ini pula, Budi mengajak kita semua untuk menikmati kisah-kisah kehidupan yang terlewatkan dalam buaian senja. Kalaupun Budi memilih kata menua, mungkin lebih sebagai visi dia ke depan, karena dia masih terlalu mula untuk disebut tua…Selamat Membaca!
Dalam pengantarnya, Yohanes Budi bertutur jika sebagian besar inspirasi cerita dalam kumpulan cerpen ini berasal dari kisah yang senyatanya terjadi, meski tak lepas juga dari imajinasi. Pengalamannya tinggal di sebuah kampung, di daerah Sukabumi, meninggalkan kenangan indah tentang satu tradisi pesta rakyat usai kenaikan kelas yang biasa disebut Samen. Itulah tradisi unik yang sayang untuk untuk dilewatkan tanpa jejak rekam. Pengalaman lain yang tak terlupakan pun terasa saat naik kereta api, sebelum reformasi digitalisasi. Serasa nostagia, jika membacanya berkali-kali.
Membaca kumpulan cerpen yang ditulis oleh Yohanes Budi ini seolah berjalan menyusuri lorong waktu. Betapa tidak, cerpen-cerpen ini merujuk pada kisah-kisah realis sejak 20 tahun yang lalu. Seperti sebuah dejavu, romansa kisahnya memberi ruang untuk nostalgia, sekaligus refleksi kehidupan sebagai anamnesis.
Sepakat dengan yang disampaikan oleh Ira Diana (Penulis “Haiku Embara Embun Mimpi”), dalam halaman “Kata Mereka”, berikut:
Perjalanan panjang kumpulan cerpen Yohanes Budi menjadi tanda pemaknaan hidup yang dalam. Setidaknya dalam kurun 20 tahun, Budi bisa memotret kehidupan yang membuat mata pembaca menyala, tertegun, bahkan berpikir. Ini bukan hanya sebuah buku kumpulan cerpen, ini adalah potret hidup. Di mana isinya bisa kita manifestasi menjadi nilai-nilai kehidupan yang arif.
Tampaknya, pengalaman hidup yang dialami oleh Yohanes Budi menjadi cerminan yang paling kuat yang merefleksikan cerpen-cerpen ini menjadi lebih bermakna. Ada bermacam rasa. Getaran-getaran kepahitan, kecemasan, keprihatinan, juga kebahagiaan dalam tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam 17 ceritanya, menjadikan kisahnya semakin hidup dan berdaya juang.
Satu kisah menarik di cerpen berjudul “Televisi” adalah tentang pergulatan batin seorang suami, bernama Alkosim, yang merasa tersingkirkan perhatiannya oleh karena kehadiran sebuah televisi. Tayangan-tayangan di televisi seringkali menyita perhatian istrinya, Halimah. Beberapa kebiasaan yang sering dilakukannya dulu, hilang digantikan oleh acara-cara televisi yang menghipnotis Halimah. Beginilah Alkosim mengeluhkan pengaruh televisi pada istrinya.
“Apa kau tidak kasihan pada suamimu ini, Halimah. Sudah seminggu ini kau alpha membuatkan kopi untukku!” Suara Alkosim tiba-tiba menyerak. Tetapi sia-sia saja. Gerutu Alkosim segera hilang, beradu dengan suara-suara keras di televisi. “Sialan! Rupanya televisi itu sudah menjadi suami keduamu, Halimah!” Alkosim kembali mencoba mencuri perhatian isterinya.
Padahal, menurut Alkosim, kegaduhan di layar televisi membuat orang alpa untuk bermenung dan berefleksi. Pun demikian, orang cenderung asyik untuk menikmatinya sendiri, tanpa peduli pada orang lain di sekitarnya. Maka, Alkosim memberi tantangan kepada Halimah untuk mematikan televisi barang sejenak, lalu lihat apa yang akan terjadi.
“Halimah. Apa kau tidak merasa ada yang aneh malam ini. Maksudku, persis setelah kau matikan televisi itu. Ada banyak suara di sekitar kita yang tidak pernah kita dengar, mendadak telinga kita bisa mendengarnya. Bahkan seperti kau bilang, kau tahu kalau Kokom mendengkur saat tidur baru malam ini, bukan? Malah kau sampai menduga Kokom terkena amandel.”
Yohanes Budi tahu betul bagaimana menempatkan persoalan yang receh sebagai hal yang perlu diangkat menjadi persoalan bersama, dan menjadi perhatian khalayak. Televisi bukanlah lagi dianggap sebagai barang mewah, karena itu setiap keluarga wajar mempunyai televisi. Selain bermanfaat sebagai salah satu sumber informasi, tetapi, nyatanya televisi turut andil memberi dampak-dampak sosial yang dirasakan oleh keluarga. Kejelian inilah yang patut diapresiasi dari cerpen-cerpen yang ditulis Budi ini.
Tentu masih ada banyak kisah-kisah lain yang menawarkan cerita sekaligus makna di baliknya. Selamat membaca.
*) dejavu: kondisi ketika seseorang merasa sudah pernah mengalami sesuatu padahal belum pernah atau baru mengalaminya saat itu juga