Kenapa gara-gara gender bisa membuat saya terbang untuk pertama kalinya? Ini ceritanya.
Tanggal 11 April 2018 sebuah undangan datang melalui pos-el. Isinya undangan pelatihan untuk pelatih dari Asdep Kesetaraan Gender Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Pembangunan Keluarga Kementerian Pemberdayaan, Perlindungan, Perempuan, dan Anak. Nama kegiatannya adalah Pelatihan bagi Pelatih (ToT) Tingkat Nasional Penulisan Bahan Ajar Inklusif Gender Tingkat Sekolah Dasar dan Menengah. Pelatihan dilaksanakan selama lima hari di Solo, 18-22 April 2018 bertempat di The Royal Surakarta Heritage Hotel.
Beruntunglah bagi saya, acara pelatihan itu berlangsung setelah saya menyelesaikan deadline menulis untuk Badan Bahasa. Puji Tuhan.
Tempatnya di Solo, muncul pertanyaan dalam hati saya, NAIK APA SAYA KE SOLO? Undangan datang tanggal 11 April, acaranya mulai tanggal 18 April. Transportasi yang paling cepat bisa saya gunakan adalah pesawat. Dalam hati saya bertanya lagi, YAKIN MAU NAIK PESAWAT? KAMU BELUM PERNAH NAIK PESAWAT LHO! Dalam hati saya tertawa sendiri.
Dengan berat hati sambil dag dig dug jantung di dada, saya putuskan naik pesawat dari Halim, sendiri. Pikir saya, kapan lagi saya baik pesawat kalau bukan sekarang ini, lagi pula ongkosnya ditanggung kementerian. Selang satu hari kemudian, seorang teman mengabari jika dia juga pergi ke Solo. Nah, jadinya saya punya teman naik pesawat. Itulah akhirnya, untuk pertama kalinya saya naik pesawat.
DALAM HATI SAYA BANGGA SEKALI, KARENA JADI PENULIS, SAYA NAIK PESAWAT, DAN KARENA GENDER JUGA SAYA BISA NAIK PESAWAT
Pelatihan ToT tentang gender ini tidak tiba-tiba memilih saya untuk ikut serta. Dua tahun berturut-turut saya ikut pelatihan yang diadakan oleh Asdep Kesetaraan Gender Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Pembangunan Keluarga Kementerian Pemberdayaan, Perlindungan, Perempuan, dan Anak ini. Tahun 2017 saya diundang mengikuti Pelatihan Penguatan Bahan Ajar yang Inklusif Gender bagi Penulis dan Penerbit Buku Sekolah Dasar dan Menengah di Provinsi DKI Jakarta. Pelatihan ini khusus untuk penulis dan penerbit DKI Jakarta. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 21 – 23 April 2017 di Hotel Salak The Heritage, Kota Bogor. Dalam pelatihan tersebut peserta diharapkan mampu menyusun peta anatomi buku pelajaran yang insklusif gender.
Pelatihan bagi Pelatih (ToT) Tingkat Nasional Penulisan Bahan Ajar Inklusif Gender tingkat Sekolah Dasar dan Menengah yang diadakan di Solo merupakan lanjutan dari pelatihan tahun 2017. Bisa ikut pelatihan ToT di Solo merupakan kehormatan buat saya karena dari sekitar 30 peserta yang ikut pelatihan sebelumnya di Bogor, hanya 4 orang yang diundang, termasuk saya.
Selama lima hari di Solo, peserta dilatih menjadi fasilitor untuk pelatihan Penulisan Bahan Ajar Inklusif Gender tingkat Sekolah Dasar dan Menengah. Harapannya demikian. Bagi saya sendiri, untuk menjadi fasilitator rasanya masih cukup jauh, tetapi saya mau belajar. Selama 5 hari di Solo, saya belajar banyak sekali cara menjadi fasilitator yang baik dengan berbagai tip dan teknik mengarahkan peserta pelatihan. Selain itu, saya juga banyak belajar tentang ice breaking.
Pelatihan di Solo sungguh membuka wawasan baru bagi saya. Saya banyak belajar tentang proses pembelajaran yang baik dari 3 fasilitator dan juga peserta lain yang memiliki latar belakang pendidik.
Saya yang terbiasa berkecimpungan di belakang layar, rasanya tidak punya keberanian yang cukup untuk bisa berdiri di depan banyak orang untuk menjadi fasilitator. Melihat para peserta lain yang sudah sering berdiri di depan siswa sebagai pendidik, tentu sangat mumpumi menjadi fasilitator.
Praktik micro teaching yang dilakukan terus-menerus dalam pelatihan ini tentu menjadi pengalaman berharga buat saya, terutama tentang latihan keberanian berbicara di depan orang banyak.
Tiga fasilitator yang selalu mendampingi peserta pelatihan adalah:
(1) Ibu Iklilah Muzayyanah Dini Fajriyah, M.Si.
(2) Dra. Ida Rosyidah, M.A.
(3) Pak Wawan Djunaedi, M.A.
Beliau-beliau ini adalah dosen dan fasilitator berpengalaman yang sungguh luwes mengajari peserta menjadi fasilitator gender. Beliau juga tidak segan-segan berbagi tip-tip praktis kepada peserta pelatihan untuk menjadi fasilitator yang baik.
Secara pribadi saya mengucapkan terima kasih kepada Bu Iik, Bu Ida, dan Pak Wawan atas ilmu yang diberikan kepada saya selama pelatihan di Solo dan juga pelatihan-pelatihan sebelumnya, di Bogor.
Saya ucapkan terima kasih juga untuk Pak Sayuti dan tim (Mbak Febby, Mbak Dwi, Mbak Tasya) yang dengan sabar mendampingi saya dan teman-teman peserta selama kegiatan. Semoga di lain kesempatan bisa ikut serta dalam pelatihan yang diadakan oleh Pak Sayuti dan Tim.