Pengalaman saya sebagai seorang ibu….
Mandiri adalah dalam keadaan bisa berdiri sendiri atau tidak bergantung pada orang lain (KBBI). Mandiri bisa diterapkan sejak dini melalui kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan berulang.
Hal yang sangat sederhana jika dilatihkan terus-menerus akan membuat anak menjadi mandiri. Misalnya memakai sandal sendiri, makan sendiri, membawa tas sendiri, membereskan mainan sendiri, dan sebagainya.
Orangtua kadang tidak mau repot menunggu anak makan sendiri. Apa lagi ketika anak makan sendiri bisa menyebabkan sisa makanan tercecer di mana-mana, kotor, dan berantakan. Hal ini kadang membuat orangtua tidak mau direpotkan sehingga lebih memilih menyuapi anak. Walau kadang anaknya sendiri juga meminta makan sendiri, orangtua tidak memberikan, dengan alasan bikin kotor.
Padahal kerepotan orangtua adalah proses belajar anak. Anak belum paham perbuatannya membuat kotor atau berantakan. Yang ada dibenak anak adalah dia bisa melakukan sendiri, dan orangtua seharusnya membantu proses belajar anak untuk menjadi bisa.
Sering sekali saya melihat, orangtua atau pengasuh anak yang membawakan tas anak ketika pergi dan pulang sekolah. Menurut saya hal ini memutus proses kemandirian anak. Anak menjadi manja, tidak mau dan tidak peduli pada tasnya sendiri. Lama kelamaan hal ini akan terbawa terus hingga remaja.
Berikut ini beberapa kebiasaan orangtua atau orang dewasa atau pengasuh anak, yang membuat anak tidak mandiri:
- Menyuapi makan
- Memakaikan sandal/sepatu
- Membawakan tas saat pulang dan pergi sekolah
- Mengambilkan barang
- Melarang anak membantu
- Membereskan mainan anak
Enam hal di atas sering dilakukan orangtua pada anaknya atau orangtua menyuruh pengasuh anak melakukan hal itu demi anaknya. Saya sebagai orangtua kadang juga terlena untuk memudahkan segala hal demi anak. Tetapi yang saya lakukan justru membuat anak manja, tidak mandiri.
Saya ingin menanamkan kemandirian sejak dini pada anak saya. Saya memulainya dengan makan sendiri tanpa disuapi. Saya memintanya mengambil barang yang diinginkan sendiri. Saya memintanya membantu membereskan mainannya. Saya melibatkan anak saya dalam berbagai aktivitas yang saya lakukan. Hasilnya… kini anak saya bisa makan sendiri, bisa memakai sandal sendiri tanpa pernah terbalik kanan di kiri atau kiri di kanan, anak saya bisa mengambil minum sendiri, dan masih banyak lagi aktivitas yang bisa dilakukan sendiri olehnya.
Untuk sampai pada kemandiriannya, saat ini sebagai seorang Ibu saya harus sabar menghadapi kerepotan atau berantakan karena ulahnya. Saya nikmati itu dengan bahagia.