Masih Adakah Kepedulian di Antara Kita?

Masih Adakah Kepedulian di Antara Kita?

Masih ingat dengan kabar viral, ditemukan sepasang lansia dalam kondisi meninggal dunia di rumahnya? Menurut kabar, lansia ini lama tidak dijenguk oleh anak-anaknya.

Belum lama, saya juga melihat sebuah berita tentang seorang wanita dievakuasi dari rumah kos sempit dalam kondisi meninggal oleh Tim Damkar. Diduga wanita ini hamil dan meninggal tiga hari lalu.

Masih banyak lagi,  baik kabar viral maupun tidak viral, kabar berita sejenis tentang penemuan orang ditemukan meninggal di rumahnya setelah beberapa hari, bukan karena kejahatan. Sungguh memilukan.

Melihat begitu banyaknya berita tentang penemuan orang setelah beberapa hari, saya jadi berpikir, apa yang terjadi dengan KEPEDULIAN kita, KEPEKAAN kita? Rumah-rumah saling menempel tembok, tidak berjauhan. Ada tetangga di kanan kiri depan belakang rumah. Kenapa tidak ada tetangga yang peduli?

Kenapa setelah bau busuk menusuk hidung kepedulian itu baru menyeruak? Bahkan bukan kepedulian juga sebenarnya, bukan untuk memberi pertolongan, karena hanya ponsel yang akhirnya sibuk merekam peristiwa dan ingin cepat-cepat mengunggahnya ke media sosial lalu bangga karena postingannya menjadi viral.

Setiap waktu kita terpukau oleh tontonan video berisi kepedulian konten kreator terhadap orang-orang yang “kesusahan”, yang entah nyata atau hanya sebuah konten. Dengan cepat jempol kita menekan ♥️ dan membagikan video “kepedulian” itu. Dengan begitu, seakan kita sudah turut peduli.

Kita semua sibuk peduli di dunia media sosial sehingga kita lupa untuk peduli pada orang-orang di sekitar kita. Bahkan, saat melihat seseorang terkena musibah, bukannya cepat menolong, malah sibuk merekam atau melakukan live streaming.

Merekam peristiwa yang terjadi bukan kesalahan, tetapi menolong dan menyelamatkan terlebih dahulu itu lebih baik.

Ayo, Peduli Orang-orang di Sekitar Kita!

Ayo, peduli orang-orang kita mulai peduli dengan orang-orang di sekitar kita. Untuk menjadi peduli, tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri. Orang-orang di sekitar kita, di dekat kita, juga ada yang perlu kepedulian kita.

♥️ Peduli Tetangga

Tetangga adalah orang terdekat kita. Bahkan tetangga bisa menjadi lebih dari keluarga. Sebagai tetangga sudah seharusnya saling peduli, saling care, bukannya saling membalikkan badan saat ketemu.

Secara teori, tetangga seharusnya begitu, namun pada faktanya tidak semua tetangga  itu bisa menerima kita dengan baik. Sebagai tetangga saya berusaha memahami keunikan-keunikan tetangga saya. Ada tetangga yang baik sekali, ada tetangga yang “tidak kenal sama tetangga”.
Mungkin kita dianggap sok tahu, ketika berniat menolong atau membantu tetangga yang sedang kesulitan. Ketika mendengar sesuatu yang janggal terjadi pada tetangga, secara spontan kita berinisiatif untuk mencari tahu apa yang terjadi.

Seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu. Saya mendengar ketidakberesan pada tetangga depan rumah saya. Ketidakberesan itu saya kisahkan dalam tulisan Kisah Menjelang Malam Anak Terkunci di Dalam Mobil.


♥️ Peduli untuk Menolong

Beda dulu, beda sekarang. Dulu, ketika terjadi suatu peristiwa, kita cepat-cepat menolong. Sekarang, ketika terjadi suatu peristiwa yang membutuhkan pertolongan, kita cepat-cepat untuk merekamnya dan jadi lupa untuk menolong. Ayo, peduli untuk menolong terlebih dahulu, bukannya berlomba untuk menampilkan rekaman paling viral.
Ayo, kita kembali menjadi manusia sebagai makhluk sosial, bukannya makhluk “media sosial”. Kita masih makhluk sosial. Kita makhluk saling membutuhkan.

Saat mengalami kecelakaan atau musibah, yang kita butuhkan ditolong, bukan “diberitakan” (direkam). Karakter kepedulian kita sebagai manusia, sungguh diuji.
Tanpa sadar kita telah menjadi “makhluk media sosial”. Kita begitu rajin bertegur dalam komentar di media sosial, hingga lupa bertegur sapa dengan suami/istri, anak, keluarga kita.

Kepedulian atau kepekaan kita pada apa yang terjadi di sekitar pun, semoga tidak berakhir pada sebuah konten. Sudah banyak konten-konten kepedulian, yang entah nyata atau hanya sekadar drama.
Ayo, teman, sahabat, kawan semuanya, kembalilah untuk peduli, sungguh-sungguh peduli.

Merekam peristiwa yang terjadi bukan kesalahan, tetapi menolong dan menyelamatkan terlebih dahulu itu lebih baik.

Paskalina Askalin


Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI.

Visited 2 times, 1 visit(s) today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *