Suatu pagi menjelang siang, para Bapak tetangga berkumpul karena ajakan salah satu Bapak tetangga mendengar keributan dari sebuah rumah keluarga muda. Mereka betkumpul di depan rumah, sebelah rumah keluarga muda itu.
Terdengar sang wanita berteriak-teriak penuh amarah. Para Bapak tetangga hanya berkumpul saja di depan rumah, tidak bertindak apa-apa. Mungkin kalau dalam keributan itu terdengar “piring terbang” para bapak tetangga akan bertindak dan tidak membiarkan keributan itu.
Akhirnya keributan dari rumah keluarga muda itu terhenti, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semoga. Kemudian para Bapak membubarkan diri, termasuk Pak Suami.
Saya tidak bermaksud membahas tentang keributan dalam keluarga. Yang ingin saya bahas adalah semua orang siapa pun itu punya amarah, rasa marah, sekaligus juga punya rasa sabar. Amarah itu bisa ditahan hingga tidak menjadi meledak dengan rasa sabar. Tapi kemampuan seseorang dalam mengelola amarah itu berbeda-beda.
Amarah yang tidak terkelola akhirnya meledak, seperti yang terjadi pada keluarga tetangga. Pertengkaran dalam keluarga adalah hal biasa, tapi akan lebih baik jika tidak sampai terdengar oleh tetangga.
Saya juga punya amarah dan rasa marah. Tetapi saya mencoba menghalau dan meredakannya. Caranya? MENULIS.
Ya, dengan menulis saya bisa meredakan amarah. Semua rasa dan amarah saya tumpahkan dalam tulisan. Isi tulisan bisa caci maki pada seseorang yang membuat kita marah, bisa juga berisi harapan dan keinginan yang tak terwujud.
Menulis menjadi sebuah kesenangan yang bisa melegakan hati sehingga bisa menurunkan kadar amarah. Amarah itu tidak akan hilang, hanya melesap dalam tulisan.
Tulisan seperti apa? Menulis buku harian (diary) adalah salah satunya. Kebiasaan menulis buku harian itu baik sekali manfaatnya. Selain menjadi terlatih menulis, sebenarnya sekaligus mampu melegakan hati.
Apalagi di zaman saat ini, bercerita kepada sahabat atau teman tentang masalah kita jarang terjadi. Orang lebih sibuk dengan membuat konten reel atau tiktoktiktok. Bercerita pada orang lain tentang masalah kita juga harus waspada, karena bisa jadi pembicaraan kita direkam dan ter-publish di media sosial.
Jadi, lebih baik setiap masalah pribadi yang kita miliki, tuliskan dalam buku harian dan ungkapkan dalam doa. Buku harian tidak harus berupa tulisan tangan, menulis buku harian di HP atau laptop juga bisa dilakukan. Yang penting, catatan buku harian ini menjadi simpanan pribadi, bukan untuk disebarkan dan dibaca orang lain.
Apakah hanya MENULIS YANG BISA MEREDAKAN AMARAH? Tentu saja tidak. Setiap orang punya cara untuk meredakan amarah supaya tidak meledak. Caranya bisa bermacam-macam. Ada yang pergi ke salon, pergi ke tempat karoke, ada yang melukis/menggambar, ada yang pergi ke kafe, nonton film di Yujum atau di bioskop, dan sebagainya.
Intinya adalah melakukan kegiatan sendiri dan menyenangkan bagi dirinya. Atau istilah kerennya Me Time.
Jadi, apa kegiatan Me Time -mu hari ini?
Yang saya tulis ini adalah me time yang saya lakukan hari ini. Saya menulis apa yang saya dengar dan amati. Bukan untuk membicarakan tetangga☺️, tetapi sebagai nasihat diri #selfreminder
Jika ingin menjadikan menulis tapi bingung memulainya, saya bisa bantu. Baca di sini👇