Buku ini menjadi panduan pengasuhan (parenting) yang aplikatif bagi para orang tua milenial. Yehudis Smith tidak hanya menawarkan paradigma baru, yakni membaharui pengasuhan konvensional menjadi pengasuhan berkesadaran, melainkan juga memberikan langkah dan contoh konkret dalam pengasuhan anak.
Seringkali kita merasa kalau pola pengasuhan orang tua kita zaman dulu lebih “keras” daripada sekarang. Sebagian lain merasa bahwa “produk” pengasuhan konvensional jauh lebih berdampak, menjadi pribadi yang kuat dan tahan banting. Namun, dari pengalaman Smith sebagai Conscious Parenting Coach, pengasuhan model lama (konvensional) perlu melakukan pembaharuan cara dan makna, yang disebut Smith Pengasuhan Berkesadaran.
Smith bilang kalau dalam pengasuhan berkesadaran, orang tua berperan sebagai fasilitator. Dalam pengasuhan konvensional, orang tua berperan sangat dominan bahkan otoriter yang mengendalikan anak, kenakalan dipahami sebagai hal jelek dan harus dicegah, tujuan mendisiplinkan anak berarti memaksa untuk menurut, serta konflik itu adalah sesuatu yang negatif dan harus dicegah. Sementara dalam pengasuhan berkesadaran, Smith mendefinisikan ulang dengan pengertian baru. Orang tua seharusnya berperan sebagai fasilitator, kenakalan dipahami sebentuk pesan dari anak, tujuan mendisiplinkan berarti mengajarkan keterampilan hidup, serta konflik adalah peluang untuk mengajar dan belajar.
Pengasuhan berkesadaran berarti memberikan ruang untuk diri sendiri (orang tua) berefleksi. Jika ingin anak disiplin, orang tua harus nyontohin dulu bertindak disiplin. Pahami bahwa amarah yang berlebihan bisa membuat dampak negatif, bahkan trauma pada anak. Mulai dari pembelajaran hal terjadi sehari-hari. Smith kasih saran, kalau dalam situasi tertentu orang tua memarahi anak hingga suara meninggi, maka coba diamlah sejenak, tarik napas dalam-dalam melalui hidung dan hitung sampai 10. Saat oksigen masuk ke otak, maka dopamin dan serotonin yang diproduksi akan bantu memberi dampak rasa tenang.
Studi menunjukkan anak-anak yang memiliki hubungan sehat dan kuat dengan orang tua mereka lebih besar kemungkinannya untuk berhasil di hampir semua ranah kehidupan mereka. Menurut Smith, kenakalan anak merupakan upaya mereka mengomunikasikan kebutuhan tertentu.
Ada lima langkah dalam pola Pengasuhan Berkesadaran:
- Cari ketenangan di tengah suasana panas
Smith mengajak para orang tua menyadari terlebih dahulu apa sebab sebuah masalah terjadi. Perilaku anak yang penuh dinamika, seperti menangis dan merengek, ngambek tanpa sebab, agresif, tidak sopan, tidak menggubris perkataan atau nasihat orang tua terkadang menyulut rasa stres. Maka, langkah pertama dalam pola pengasuhan ini adalah menengok ke dalam diri sendiri, merenungi akar dari penyulut (masalah) dan apa yang bisa dilakukan untuk melangkah maju.
Menarik napas dalam-dalam dapat menstimulus otak untuk lebih tenang. Di lain waktu, orang tua perlu rehat dulu agar nantinya bisa menjalin konunikasi yang sehat dengan anak. Selanjutnya, lihatlah apa yang dilakukan anak secara positif, karena setiap perilaku adalah sebentuk upaya merkea untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Begitu suasana sudah cukup tenang, dekati anak dan katakan: “Ibu tahu kita tadi kesulitan berkomunikasi.” Mulailah berdiskusi dengan tenang, lalu berilah pengakuan: “Ibu kesal dan kau juga, jadi kita mungkin sempat bicara sembarangan padahal tidak berniat begitu.” Pengakuan ini penting tanpa mempermalukan pihak manapun. Ajak anak untuk bertanggung jawab terhadap perkataannya. Lalu perbaiki: “Ayo kita coba lagi.”
- Pahami perilaku anak
Masing-masing anak di usianya memiliki kenakalan yang unik. Bisa jadi para orang tua akan merasa kesal jika tidak memahaminya secara baik. Kenakalan anak usia 1-3 tahun seperti merebut, mengamuk dan kabur. Atau tiba-tiba kita dihubungi guru karena anak kita di pre-school menggigit lengan temannya. Sementara kemungkinan kenakalan anak usia 3-5 tahun seperti mengamuk dan bertindak kasar secara fisik seperti mendorong, memukul. Kenakalan anak usia 6-12 tahun seperti bersikap tidak sportif, melawan, dan merundung. Sedangkan kenakalan remaja (usia 13-19 tahun) berupa berbohong, mendebat atau membantah, murung dan lancang.
Smith menawarkan solusi untuk menghadapi kenakalan itu dengan memberikan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak, yang disebutnya kelekatan aman (secure attachment). Kelekatan aman membantu anak-anak membangun keterampilan fungsi eksekutif. Kelekatan aman merupakan umpan balik positif. Mulailah sejak dini, misalnya jika bayi menangis di tempat tidurnya, orang tua memasuki kamar, menggendong, menghibur, dan membarikannya kembali. Manfaat kelekatan aman di antaranya; orang tua menjadi suaka aman yang memberi penegasan, penghiburan, dan perlindungan; serta orang tua menjadi lebih mampu mengatur emosinya sendiri, dengan tetap bersikap tenang.
- Bangun rasa aman
Saat tiba-tiba sepulang sekolah anak marah-marah, masuk pintu, dan membanting pintu, mungkin kita akan terpancing secara emosional untuk segera berlari dan menegurnya. Smith memberikan ilustrasi jika ada anak bersikap demikian. Langkah pertama, lakukan mirroring, katakan seperti yang anak katakan: “Menurutmu Ibu menyuruhmu begitu. Menurutmu tidak adil, Ibu menyuruhmu begitu?” Pastikan agar perkataan itu tersampaikan dengan jelas.
Beri pengakuan: tanyakan kepada anak: “Benarkah itu maksudmu?” Jika anak mengiyakan, lanjut dengan berkata: “Kau tadi membanting pintu keras-keras. Kau mengepalkan tangan. Benarkah demikian?” Setelah ia merasa diakui dan dipahami, kemungkinan besar anak akan menceritakan apa yang dialaminya hari itu.
Beri keleluasaan. Misalnya seorang ayah kepada anaknya Sophie, “Kau marah sekali. Kalau begitu, Ayah duduk di sini saja dulu. Akan Ayah tunggu sampai kau siap bicara kepada Ayah.”
- Bangun hubungan emosional
Sediakan waktu untuk menjalin hubungan dengan anak. Di tengah kesibukan sehari-hari, anak senantiasa berupaya menjalin hubungan positif dengan orang tua. “Ibu sekarang harus mencuci baju, tapi kelihatannya kau ingin ditemani, ya? Bagaimana kalau kau membantu Ibu memasukkan handuk ke mesin pengering?”
- Memecahkan persoalan bersama-sama
Duduklah bersama anak pada saat tenang dan silakan bertukar ide menyusun daftar pernyataan positif untuk anak. Afirmasi positif merupakan cara efektif untuk meningkatkan kepercayaan anak pada dirinya sendiri.
Cara lain untuk membantu anak tetap positif dan mengembangkan pola pikir bertumbuh (growth mindset) adalah dengan mengajarinya bersyukur atas semua karunia dan hal positif lainnya. Ajukan pertanyaan dan tulis dalam jurnal: “Apa kejadian yang paling kau sukai seminggu ini? Apa yang ingin kau capai hari ini? Sebutkan sesuatu yang sangat mahir kau kerjakan.”
Pola pikir bertumbuh merupakan batu fondasi dari tujuan kita sebagai orang tua berkesadaran, sebab kita sendiri sedang dalam perjalanan untuk senantiasa bertumbuh dan bisa mengajarkan kepada anak-anak untuk senantiasa bertumbuh juga. Semangat berjuang!
Data Buku
Judul: Rethinking Discipline, Mudah Mendisiplinkan Anak dengan Pengasuhan Berkesadaran
Penulis: Yehudis Smith
Penerbit: Bentang Pustaka
Cetakan: April 2022
Peresensi adalah Yohanes Budi, Mentor Penulisan Fiksi, Penulis Kumpulan Cerpen: “Menua Bersama Senja” (Pohon Cahaya, 2024)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.