Rumah Sakit Sari Asih Sedang Melakukan Perbaikan dan Maintenance System, Harap Dimaklumi
Sudah sejak lama saya mendapat surat rujukan Faskes 1 untuk dibawa ke Rumah Sakit Sari Asih, Dokter Bedah Umum. Tepatnya tanggal 29 September 2022. Surat rujukan itu sudah bisa dibawa ke rumah sakit Sari Asih esok harinya jika memang ada dokter yang sesuai. Setelah saya menelepon ke Rumah Sakit Sari Asih untuk melakukan pendaftaran perjanjian dengan dokter akhirnya diperoleh waktu yang sesuai, Selasa, 4 Oktober 2022.
Namun kita semua tahu bahwa tepat di hari Selasa, 4 Oktober 2022, di Jabodetabek terjadi hujan deras luar biasa sejak siang dengan petir tidak henti hingga malam. Tayangan berita di media online mengabarkan ada banjir, dan genangan air di mana-mana.
Sementara dokter yang akan saya datangi di Rumah Sakit Sari Asih jadwalnya pukul 18.00-20.00. Dengan kondisi cuaca seperti itu saya tidak mungkin pergi karena saya akan pergi dengan mengajak serta anak (2,5 thn) dan saya tidak mungkin meninggalkan anak di rumah. Akhirnya saya batalkan untuk datang ke Rumah Sakit Sari Asih.
Saya membuat pendaftaran perjanjian dokter lagi untuk esok harinya, 5 Oktober 2022, dengan dokter yang sama dan jam yang sama. Saya berharap tidak akan terjadi badai seperti kemarin sehingga besok yang saya bisa pergi ke rumah sakit dan bertemu dengan dokter bedah umum.
Cuaca hari Rabu, 5 Oktober 2022 memang tidak seburuk hari kemarin. Meskipun diguyur hujan tapi tidak ada petir menyambar-nyambar seperti kemarin dan saya bertekad untuk pergi sore ini bersama anak lanang. Walaupun si Ayah dan si Kakak belum pulang, kami berdua akan tetap berangkat ke rumah sakit. Pukul 16.45 saya dan anak lanang sudah siap untuk pergi ke rumah sakit dan ternyata hujan pun mengguyur dengan derasnya. Pukul 17.00 hujan mereda dan akhirnya saya pesan taksi online.
Taksi online datang pukul 17.30. Tepat saat taksi online datang, Ayah dan Kakak pun pulang, jadilah semuanya pergi ke rumah sakit. Saya dan dua anak lanang naik taksi online, si Ayah naik motor
Awalnya sempat terpikir pergi sendiri saja, Ayah dan Kakak sudah pulang, jadi Adek tidak perlu ikut. Tapi si Adek sudah siap pergi, jadi tetap mau ikut Mamah (begitu si Adek memanggil Bunda).
Pukul 18.00 taksi online tiba di lobi rumah sakit dan saya pun langsung mengambil tiket antrean BPJS. Dapat nomor antrean 358. Nomor antrean yang sedang berlangsung baru sampai 315, baiklah jadi harus bersabar menunggu nomor antrean.
Pukul 19.00 nomor antrean masih jauh dari 385, kemudian ada pemberitahuan dari petugas loket antrian jika pasien yang mengantre untuk dr. In*** bedah umum bisa langsung maju dan memberikan surat rujukan. Saya pun memberikan nomor antrean dan fotokopi surat rujukan dan BPJS.
Sebenarnya saat itu ada perasaan lega karena mungkin antrean pendaftaran ini akan segera berakhir. Kasihan anak-anak saya yang lelah berlarian ke sana ke mari menunggu waktu.
Namun apa yang terjadi berbeda dengan yang seharusnya terjadi. Menurut petugas loket registrasi, Rumah Sakit Sari Asih sedang perbaikan dan maintenance system yang menyebabkan pendataan pasien baru terkendala. Pendataan pasien sebelumnya tidak bermasalah, baru punya saya saja yang bermasalah. Petugas loket meminta saya menunggu dan menunggu.
Kesabaran saya sudah mulai habis, satu-per satu pasien pulang. Hingga swalayan yang ada di dalam rumah sakit pun tutup itu artinya semua pelayanan akan tutup pukul 9 malam.
Sebelumnya saya bertanya pada petugas loket. Saya sudah menunggu lama, apakah dokternya masih ada? Si petugas loket mengatakan kalau dokternya masih menunggu. Akhirnya sekitar jam 9 malam proses pendaftaran BPJS selesai dan saya mendapatkan berkas data saya untuk menuju ke poli bertemu dokter bedah umum. Saya menjadi pasien terakhir.
Saya dan anak-anak, serta si Ayah menuju ke poliklinik tempat pemeriksaan dokter berada. Sudah sangat sepi, saya menjadi pasien terakhir di ruang tunggu. Ada dua orang duduk di ruang tunggu, tapi sepertinya bukan menunggu dokter.
Saya serahkan berkas yang diberikan bagian loket registrasi kepada perawat. Selanjutnya adalah menunggu dipanggil untuk bertemu dengan dokter. Seharusnya demikian, kan?
Namun yang terjadi tidak sesuai harapan. Perawat mengatakan bahwa dokter sudah pergi untuk melakukan operasi. Saat perawat ditanya, operasi sampai jam berapa, perawat tidak bisa menjawab. Terus saya harus bagaimana? Si Perawat berkata, mau menunggu? Tentu saja saya tidak akan menunggu.
Jika saya tidak marah, rasanya saya bukan orang normal. Sudah menunggu 3 jam bersama anak-anak saya yang sudah kelelahan. Tapi, akhirnya nihil, tidak bisa bertemu dokter. Saya pun sudah lelah dengan luka ini dan ingin segera bisa ditangani oleh dokter yang ahli.
Saya marah, sungguh marah harusnya bagian pendaftaran berkoordinasi lebih baik bagian poliklinik. Yang sedang diperbaiki adalah maintenance system bukan cara komunikasi mereka. Meskipun sistem sedang diperbaiki, mulut mereka masih bisa melakukan komunikasi dengan bagian-bagian yang terkait. Bukankah demikian seharusnya?
Apakah saya tidak boleh marah?
Dan yang semakin membuat saya tidak respect adalah meskipun saya pasien terakhir dan tidak sedang pingsan, tidak sedang terkapar, tapi seharusnya tetap diperlakukan sama. Seingat dan setahu saya, ketika pasien datang ke poliklinik menyerahkan berkas, selanjutnya adalah menunggu dipanggil oleh perawat yang jaga saat itu. Perawat akan memanggil pasien lalu melakukan cek suhu, cek tekanan darah, dan timbang berat badan. Paling minimal perawat akan melakukan 3 pengecekan itu sebelum pasien bertemu dengan dokter. Tetapi perawat sama sekali tidak melakukan hal tersebut. Mungkin perawat itu sudah buru-buru mau pulang dan ojol sudah menunggu di depan. TAPI, saya juga pasien, seharusnya diperlakukan sama.
Selanjutnya apa yang saya lakukan? Saya tinggal pergi, si Ayah yang mengembalikan berkas ke bagian registrasi. Sungguh, kemarahan saya memuncak, saat si Ayah mengembalikan berkas, saya berseru, GANTI RUMAH SAKIT SAJA, sambil melewati bagian registrasi.
Saya dan anak-anak pun pulang, dalam kesunyian. Saya memendam kekecewaan yang sangat dalam. Saat itu, saya berharap, surat rujukan bisa diganti tujuan rumah sakitnya. Yah, semoga saja bisa.
Pada akhirnya, saya harus memaklumi, jika Rumah Sakit Sari Asih sedang melakukan perbaikan dan maintenance system. Namun, pihak rumah sakit juga perlu melakukan perbaikan sumber daya manusianya supaya sistem yang baik sejalan dengan kualitas sumber daya manusia yang baik juga. Siapa pun pasiennya, kapan pun pasien itu datang, apa pun kondisi dan situasinya, semua pasien harus diperlakukan sama.
Tulisan lanjutan: Tidak Bisa Ganti Tujuan Rumah Sakit Rujukan
#ceritakemarin #ceritahati #rumahsakitsariasih #rujukanrumahsakit #dokterbedahumum #pelayananrumahsakit