Pagi-pagi Sumi sudah merebus air panas untuk isi termos, sekalian buat kopi buat suaminya, Sumo. Jam di dinding sudah di angka 6 pas, Sumi heran melihat Sumo masih duduk santai di depan rumah sambil menemani Siti bermain tanah.
“Lho, Mas, enggak kerja hari ini? Beras dah menipis lho?”
“Kerja di rumah, Sum. Kayak orang kantoran, WFH (work from home).”
Sumi bengong mendengar jawaban suaminya. Kerja nguli yang pakai tenaga sebagai modal, mana bisa WFH.
“Ah, yang bener saja, Mas. Mau kerja apa di rumah, emang Mas punya laptop, hape bagus?”
“WFH ga harus pakai laptop, Sum. Ini lho, Mas kemarin dikasih bibit kangkung sama sawi hijau sama Pak RT. Mas mau bertanam di rumah. Sama dengan WFH to, hasilnya bisa kamu masak. Sebelum dapat panggilan kerja dari Pak Mandor, Mas mau bertanam dulu depan rumah. Daripada Mas bengong.”
Sumi hanya manggut-manggut saja. Sumi keingetan beras yang makin menipis.
Sumi pergi ke dapur. Kopi yang dibuatkan untuk Sumo, sudah dingin. Sumi tak berniat memberikan pada Sumo. Pikir Sumi biar Sumo sendiri yang ke dapur, toh suaminya itu tidak pergi kerja.
“Besok makan apa? Mas Sumo tidak bingung sepertinya.” Batin Sumi gelisah. Setiap kali Sumi bicara tentang kegelisahannya pada Sumo. Sumo selalu menjawab, “Pasrah saja, Tuhan pasti memberi jalan, tidak usah khawatir.” Sumi akhirnya hanya pasrah.
#ceritapandemi #selingancerita #ceritaselingan #sumisumo #ceritakeluarga