Catatan Ibu di Rumah: Anakku Sudah Bisa Bicara Lancar

#catatanakhirtahun2022 #ibudirumah #paskalinaaskalin

Bulan Maret 2022, si Adek berusia dua tahun. Di usianya yang kedua giginya sudah tumbuh dengan sempurna. Berat badan sesuai dengan usianya. Tapi, bicaranya belum lancar. Si adek bisa memanggil “ayah”, tapi semua orang dipanggil ayah. Apa yang terjadi?

Sebagai Ibu tidak rela rasanya ketika anak disebut tidak bisa bicara. Saya selalu meralat omongan siapa pun yang bilang kalau si Adek tidak bisa bicara lancar. Dengan tegas pasti saya bilang, “Adek bukan TIDAK BISA bicara, tapi BELUM bisa.

Jujur, sebenarnya hati saya bergetar, bertanya-tanya, ada apa dengan si Adek. Saya baca-baca artikel tentang speech delay dan bagaimana mengatasinya. Saya sempat mengutarakan pada si Ayah, apakah perlu konsultasi ke dokter di klinik tumbuh kembang anak?

Waktu terus berjalan, wacana untuk pergi ke dokter saya lupakan. Karena kesulitan mencari waktu untuk pergi ke dokter, saya yakin, perlahan tapi pasti, si Adek akan bisa bicara lancar.
Puji Tuhan, saya sungguh  bersyukur, keyakinan saya benar, si Adek kini sudah bisa berbicara. Memang belum lancar berbicara, tetapi sudah bisa mengungkapkan apa yang dilakukannya. Misalnya kemarin, si Adek menghabiskan kopi milik saya. Si Adek berkata, “Mamah, kopi mamah habis.”

Si Adek sudah bisa  bilang, terima kasih Mamah, terima kasih Ayah, tolong isi botolnya, dan sebagainya. Saya bersyukur untuk setiap perkembangan kemampuan bicara yang terjadi pada si Adek.

Setiap saat, setiap detik menit jam, saya bersama si Adek terus-menerus. Dalam hati dan pikiran saya mencatat banyak kata yang akhirnya terucap dari bibir si Adek. Saya sering menangis menatap si Adek saat tidur. Saya sering menangis haru dalam hati, karena akhirnya bisa merangkai kalimat. Puji Tuhan, saya sangat bersyukur karena tak perlu ada dokter atau terapis untuk membantu si Adek berbicara lancar.

Si Adek menyukai buku dan suka mewarnai.

Tahun 2023 akan segera datang, saya harus terus memberikan rangsangan beragam aktivitas buat si Adek. Sehingga bicaranya menjadi lebih lancar lagi. Terima kasih Tuhan atas semua perkembangan baik pada tumbuh kembang si Adek.

Baca juga: Lima Aktivitas yang Mengatasi Keterlambatan Bicara

Koordinasi Antarkota Antarprovinsi Menjadi Lancar Karena Ada IndiHome

IndiHome sangat membantu profesi saya. Mau tahu, apa profesi saya? Hanya seorang ibu di rumah yang ……

Profesi apa sih yang saat ini tidak berkaitan dengan internet. Rasa-rasanya tidak ada, ya. Semua profesi membutuhkan adanya jaringan internet. Kita tidak berbicara tentang WFH atau WFO saat pandemi atau endemi. Sebelum terjadinya pandemi internet sudah sangat dibutuhkan oleh semua profesi yang ada salah satunya, profesi penulis.

Profesi saya adalah penulis. Tetapi penulis yang juga menjadi Ibu di rumah, penulis yang juga editor freelance, penulis yang juga layouter, penulis yang juga merancang buku, dan penulis yang menerima pesanan naskah buku. Itulah profesi saya, penulis yang tidak sekadar menulis.

Sebagai ibu di rumah, mengerjakan layout buku sambil menyuapi anak.
Continue reading “Koordinasi Antarkota Antarprovinsi Menjadi Lancar Karena Ada IndiHome”

Kalau Tidak Ada IndiHome Apa Jadinya?

Bun, IndiHome-nya sudah dibayar belum?” tanya si Kakak suatu pagi saat mendekati jam masuk sekolah.

“Belum, gimana dong? Kakak tidak usah sekolah saja ya?” jawab saya.

“Enggak mau, aku mau sekolah,” kata si Kakak merengut.

“Bercanda, Kak,” sahut saya sambil menggelitiknya. Si Kakak tertawa sambil diakhiri manyun.

Apa jadinya kalau tidak ada IndiHome dari Telkom Indonesia? Si Kakak tak bisa sekolah daring, saya tak bisa leluasa berseluncur di dunia digital, saya tak bisa berjualan daring, Pak Suami tidak bisa meeting online, saya harus menanggung tagihan pulsa setiap orang yang ada di rumah, dan masih banyak lagi yang berkaitan dengan internet. Apalagi saat ini segala sesuatu kepentingan akan berhubungan yang namanya internet. Jadi, tanpa adanya jaringan internet yang bagus, akan banyak gagal segala urusan.

Sejak pindah ke rumah kami di Depok, tiga tahun lalu, kebutuhan akan internet menjadi salah satu kebutuhan utama. Di tambah lagi, pandemi melanda dunia. Terkhusus di bidang pendidikan, manfaat internet menjadi sungguh-sungguh nyata. 

Anak pertama saya harus lulus dari TK secara daring, kemudian daftar sekolah SD hingga tes kemampuan masuk SD dilakukan secara daring via Zoom. Lalu, selama satu tahun penuh duduk di kelas satu secara daring. Kini, dia akan duduk di kelas dua SD.

Lulus TK Secara Daring

Saat si Kakak masih duduk di TK B, kelas via Zoom tidak dilakukan setiap hari, hanya 1-2 kali dalam seminggu. Tugas harian sekolah dikomunikasikan dan dikumpulkan via Grup WhatsApp.

Saat si Kakak mengerjakan tugas dari guru TK-nya. Photo Collage-nya dikirim melalui Grup WhatsApp.

Saya sebagai orangtua sebenarnya cukup gemes dengan keadaan itu, dengan adanya internet tidak terbatas dari IndiHome sayang sekali jika tidak diadakan kelas via Zoom. Harapannya bisa Zoom setiap hari supaya bisa menggantikan waktu yang hilang karena harus sekolah dari rumah. Si Kakak pun senang sekali saat bisa masuk kelas Zoom. Tapi pihak sekolah (mungkin) tidak memiliki biaya yang cukup untuk Zoom berbayar atau tidak langganan IndiHome yang merupakan Internetnya Indonesia.

Saat si Kakak duduk di TK B, sedang pertemuan pertama dengan teman-teman di kelas Zoom.
Continue reading “Kalau Tidak Ada IndiHome Apa Jadinya?”

Waktu Bersama Keluarga: Bermain dan Makan Bersama

Dunia kini berbeda dengan dunia masa kecil saya dulu. Dulu, ketika saya masih kecil begitu banyak waktu yang dihabiskan dengan keluarga. Tidak ada batasan, tidak ada halangan, banyak hal dilakukan bersama keluarga.

Namun, kini berbeda, waktu begitu amat berharga. Sulit sekali menciptakan waktu untuk keluarga. Hal ini terjadi bukan karena orangtua yang sibuk bekerja, melainkan karena sebuah benda kecil yang disebut smartphone. Betul tidak?

Continue reading “Waktu Bersama Keluarga: Bermain dan Makan Bersama”

Sejenak Bermain di The Park Sawangan

#catatanibudirumah #tempatbermainanak #theparksawangan #maltheparksawangan

Pergi ke mal atau jalan-jalan ke mal bukan menjadi kebiasaan keluarga kami. Kalau pun harus pergi ke mal, pasti punya tujuan pasti, misalnya makan di restoran cepat saji, beli sepatu/baju, pergi ke playground atau arena bermain anak, seperti Timezone, Fun World, Kidzania, Kidzilla, dan sebagainya.

Hari ini, Sabtu, 28 Mei 2022, setelah sekian lama tidak pergi ke mal karena pandemi, kami pergi ke mal. Itu pun karena saya yang memberi ide pada si Kakak. Si Kakak selalu meminta pergi liburan jika hari libur tiba.

Saat ide sudah diberikan, si Kakak tidak berhenti bertanya kapan pergi, kapan pergi.  Jadilah, pukul 13.00 waktu Depok, di Sabtu yang adem, karena usai hujan mengguyur deras di pagi hari, kami pergi ke mal The Park Sawangan, yang kata orang adalah mal mewah.

Continue reading “Sejenak Bermain di The Park Sawangan”