Google Doodle: Hari ini Logo Ilustrasi Google Menampilkan Ilustrasi Siapa? Rasuna Said

Tahukah Sahabat siapa sosok yang ditampilkan pada logo ilustrasi (Google Doodle) Google hari ini? Saya merasa penasaran, dan saya pun langsung mencari tahu.

Sosok perempuan yang ditampilkan Google hari ini adalah Ibu Rasuna Said. Mungkin Sahabat mengenalnya sebagai nama salah satu jalan arteri di Jakarta. Saya pun begitu.

Awalnya saya pikir, Rasuna Said itu nama seorang laki-laki. Ternyata Rasuna Said adalah Pahlawan Perempuan dari Sumatra Barat. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 084/TK/Tahun 1974, pada tanggal 13 November 1974, Rasuna Said diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia atas jasa-jasanya dalam perjuangan kemerdekaan oleh Presiden Soeharto. Rasuna Said adalah perempuan kesembilan yang dianugerahi kehormatan ini.

Nama lengkapnya adalah Hajjah Rangkayo Rasuna Said. Rasuna Said dilahirkan pada 14 September 1910 di Desa Panyinggahan, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Dia merupakan keturunan bangsawan Minang. Ayahnya bernama Muhamad Said, seorang saudagar Minangkabau dan bekas aktivis pergerakan.

Rasuna Said (Sumb: wikipedia.org)

Boleh dikatakan, Rasuna Said adalah Kartini-nya Sumatra Barat karena ia juga memperjuangkan adanya persamaan hak antara pria dan wanita. Pada tahun 1937, di Medan, Rasuna mendirikan perguruan putri.

Rasuna Said Seorang Pejuang Sekaligus Jurnalis

Untuk menyebarluaskan gagasan-gagasannya, Rasuna Said membuat koran mingguan bernama Menara Poeteri. Slogan koran ini mirip dengan slogan Bung Karno, “Ini dadaku, mana dadamu”. Koran ini banyak berbicara soal perempuan. Meski begitu, sasaran pokoknya adalah memasukkan kesadaran pergerakan, yaitu antikolonialisme, di tengah-tengah kaum perempuan. Rasuna Said mengasuh rubrik “Pojok”. Ia sering menggunakan nama samaran: Seliguri, yang konon kabarnya merupakan nama sebuah bunga. Tulisan-tulisan Rasuna dikenal tajam, kupasannya mengena sasaran, dan selalu mengambil sikap lantang antikolonial.

Rasuna Said dikenal dengan tulisan-tulisannya yang tajam. Pada tahun 1935 Rasuna menjadi pemimpin redaksi di sebuah majalah, Raya. Majalah ini dikenal radikal, bahkan tercatat menjadi tonggak perlawanan di Sumatra Barat. Namun polisi rahasia Belanda (PID) mempersempit ruang gerak Rasuna dan kawan-kawan. Sedangkan tokoh-tokoh PERMI yang diharapkan berdiri melawan tindakan kolonial ini, justru tidak bisa berbuat apapun. Rasuna sangat kecewa. Ia pun memilih pindah ke Medan, Sumatra Utara.

Tentang kehidupan pribadinya, Rasuna Said menikah pada tahun 1929 dengan Duski Samad, seorang rekan pengajar dan aktivis politik. Orang tuanya tidak merestui pernikahan tersebut. Mereka memiliki seorang putri, tetapi pernikahan itu berakhir dengan perceraian di awal tahun 1930-an.

Rasuna Said meninggal di Jakarta karena kanker darah pada 2 November 1965. Ia meninggalkan seorang putri (Auda Zaschkya Duski) dan 6 cucu (Kurnia Tiara Agusta, Anugerah Mutia Rusda, Moh. Ibrahim, Moh. Yusuf, Rommel Abdillah dan Natasha Quratul’Ain). Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Demikian sekilas informasi tentang sosok yang ditampilkan pada Google Doodle hari ini, Ibu Rasuna Said, seorang Pahlawan Perempuan dari Sumatra Barat. Semua informasi di atas dikutip dengan penyesuaian dari wikipedia.org.

#rasunasaid #pahlawanperempuan #googlehariini #GoogleDoodle

Di antara kesibukan, tetap saja saya tertantang untuk menulis sedikit info pagi hari ini untuk laman saya. Semoga bermanfaat. Salam menulis, Paskalina Askalin

Tantangan Menjadi Ibu penulis: Tidak Mudah Tetapi Ada Buah Manis yang Dituai

Dari KESULITAN, tantangan, RINTANGAN, hingga tangis yang saya lalui, ada BUAH-BUAH MANIS YANG SAYA TUAI. Apa yang saya kerjakan ada hasilnya.

Paskalina Askalin

Sebenarnya sudah banyak yang menulis tentang topik bahasan ini. Tapi saya tetap ingin menulisnya sebagai sebuah ungkapan atau curahan hati atau apapun lah itu namanya rasanya lebih nyaman ketika kita mengungkapkan  isi hati kita melalui tulisan, bagi saya.
Lebih aman mengungkapkan isi hati melalui tulisan Mengapa? Karena tulisan tidak bertelinga dan tidak berbibir sehingga dia tidak akan membagikannya lagi orang lain. Sejujurnya saya tidak punya waktu untuk bercerita pada seseorang saat ini, hanya tulisannya sahabat sejati saya saat ini.

Continue reading “Tantangan Menjadi Ibu penulis: Tidak Mudah Tetapi Ada Buah Manis yang Dituai”