Tema Buku Anak yang Bagus (Baik/Sempurna) Tidak Sejalan dengan Perilaku Orangtua di Depan Anak
Semua penulis buku bacaan anak pasti ingin membuat buku dengan tema yang bagus dan berakhir dengan hasil penjualan yang “BAGUS” juga. Sudah banyak penulis-penulis buku bacaan anak yang mendapatkan hasil penjualan bagus atas buku-buku mereka.
Tema buku sangat mempengaruhi orangtua untuk membelikan buku untuk anaknya. Tema budi pekerti yang berkaitan dengan perilaku baik buruk, moral dan agama, masih menjadi tema buku yang selalu dilirik oleh penerbit untuk diterbitkan dan masih sangat laku di pasar buku Indonesia.
Apakah tema buku yang bagus, bermanfaat buat anak, akan menciptakan karakter anak yang bagus juga?
Menurut saya TIDAK. Buku hanyalah salah satu cara/alat kita (orangtua/guru/tutor) untuk memberikan contoh karakter baik, perilaku baik, pada anak melalui cerita atau dongeng. Anak itu berperilaku baik atau buruk, tidak bisa hanya diubah melalui bacaan-bacaannya yang bermutu dan berkualitas. Apa yang dilihat dan dialami-lah yang paling utama. Buku bacaan baik akan mendukung perilaku atau kebiasaan baik yang dilakukan.
Contoh:
Sebuah buku mengajarkan anak untuk berkata jujur, tapi orangtua tanpa sadar menyuruh anaknya berkata tidak jujur ketika ingin menolak kedatangan seorang tamu. “Dek, kalo ada tante A, bilang mama lagi bobo.” Padahal jelas sekali anak tahu jika mamanya lagi nonton sinetron.
Contoh lain, contoh nyata saya alami beberapa waktu lalu di jalan raya. Seorang ibu dengan motor matic menyerobot lampu merah, padahal di depan ibu itu membawa anak balita. Melanggar rambu-rambu lalu lintas adalah salah. Si anak balita mungkin saat itu belum bisa bicara, tapi sudah tertanam di benaknya, melanggar lalu lintas itu tidak apa-apa.
Ini hanya contoh kecil. Masih banyak perilaku orangtua yang merusak karakter anak mereka sendiri. Buku yang dibelikan berbobot, mahal, penuh nilai karakter, ceritanya bagus, dan gambarnya bagus banget. Semuanya menjadi sia-sia tak berguna, ketika keseharian anak dihadapkan pada hal-hal yang sebaliknya dari nilai karakter positif dalam buku.
Contoh kebiasaan yang mudah ditiru anak:
– Melempar sepatu yang selesai dipakai.
– Membuang sampah sembarangan, lempar ke tempat sampah, tapi tidak masuk ke tempat sampah.
– Masuk rumah tanpa permisi.
– Berteriak ketika memanggil.
– dan masih banyak lagi.
Kebiasaan baik dan buruk yang dilakukan oleh anak adalah tanggung jawab orangtua yang mendidik anak sejak dia hadir ke dunia. Belilah buku-buku yang menciptakan karakter positif, dan jangan lupa, jangan hanya anak yang disuruh meneladani nilai positif dalam buku, orangtua dan orang-orang di sekitar anak juga harus diajak untuk meneladani nilai positif dalam buku itu. (Askalin)